Review Buku Novel Pulang oleh Tere Liye.

Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, kesedihan demi kesedihan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit. Pulang.


_tonton versi youtubenya:_

Itu adalah sinopsis dari buku novel Pulang ini, karya dari Tere Liye. Di lihat dari sinopsisnya dan judulnya impresi awal gue adalah ini sepertinya buku mengenai sebuah perjalanan, mungkin perantauan, dengan konflik batin dan emosional di dalamnya, mengenai keluarga atau tentang cinta. Dan well ternyata, agak jauh menyimpang dari yang gue pikirkan tersebut, walau ada unsur seperti yang perkirakan tadi.

Pulang ini novel yang sudah cukup lama sebenarnya, terbit pertama kali di tahun 2015, gue sendiri baru baca di tahun 2018. Dan yang gue baca ini adalah versi cover desain baru, kenapa baru sekarang bacanya? Karena novel lanjutannya Pergi itu juga baru rilis belum lama ini, jadi akhirnya gue beli satu paket, dan harus baca dulu yang pertama. Ya, buku ini sebenarnya adalah buku seri, judul serinya adalah Serial si Babi Hutan dan buku ini genrenya adalah buku aksi. Dari genre sejujurnya ini buku aksi yang kalau bisa dibilang pertama kali gue baca, dan gue gak menyangka bahwa buku aksi pertama datangnya dari Tere Liye.

Di buku pertama ini, Pulang, kita diperkenalkan kepada karakter utama kita bernama Bujang. Bujang itu awalnya cuma remaja 15 tahun yang tinggal di kampung bersama kedua orang tuanya, yang disini diceritakan punya sejarah percintaan yang pelik, yang akhirnya punya pengaruh juga terhadap Bujang karena kepelikan tersebut. Kemudian cerita hidupnya Bujang berubah 20 tahun setelahnya dan menjadi salah satu sosok cukup penting dalam satu organisasi atau keluarga besar, dianggap dan disebutkan sebagai puzzle pelengkap untuk organisasi ini oleh si ketua organisasi ini. Pengaruh apa dan organisasi semacam apa? Yuk kita bahas!

Di buku ini alurnya itu maju mundur dengan sudut pandang orang pertama, jadi di buku ini narasinya datang dari karakter utama kita Bujang. Kita di bawa bolak balik menyusuri cerita perjalananya di masa lalu hingga masa saat ini di ceritanya selama durasi 20 tahun. Perjalanan ceritanya dimulai dari datangnya Tauke Muda ke kampung Bujang untuk membantu Samad (Bapaknya dari Bujang) memburu Babi Hutan, dari sanalah petualangan Bujang di mulai. Setelahnya Bujang yang gak tahu bahwa Samad ini punya sejarah hitam ternyata berpengaruh sehingga membuat dia harus ikut oleh Tauke Muda, sudah jadi perjanjian dan itu gak bisa di hindari walaupun sang Mamak menolak mentah-mentah.

Nah selanjutnya kita dikenalkan dengan rahasia yang Bujang gak pernah tahu, bahwa Samad dulunya adalah bagian dari suatu organisasi hitam atau disini dibilangnya Keluarga Besar, dengan nama Keluarga Tong. Mereka ini adalah salah satu penguasa shadow economy, suatu konsep ekonomi dibawah dunia hitam, ekonomi haram. Keluarga ini ceritanya itu udah turun temurun dari generasi ke generasi, pimpinannya ini dinamakan Tauke Besar, tapi sebenarnya gak ada yang namanya Tong di keluarga ini. Nah Bujang ini akhirnya dibawa Tauke Muda ke kota untuk bergabung juga dalam keluarga ini.

Cerita berlanjut ke bagaimana menceritakan masa lalunya ketika Bujang mulai beradaptasi dengan Keluarga Tong dan mengerti apa itu konsep shadow economy, bagaimana juga cerita mengenai proses Bujang menjadi “penyelesai masalah” nomer satu di Keluarga Tong, bukan cuma sebagai tukang jagal atau tukang pukul yang hanya menggunakan fisik, tapi juga bisa berdiplomasi dengan intelegensi yang Bujang punya. Kita diperkenalkan dengan beberapa karakter yang selama ini juga membantu dan menjadi guru bagi Bujang, dari mulai akademis, menembak, pertarungan tangan kosong, bahkan teknik beladiri dari jepang lengkap dengan senjatanya juga di pelajari.

Selain menceritakan bagian masa lalu itu, disini juga secara bersamaan menceritakan kejadian yang sekarang dimana ada konflik antar penguasa shadow economy yang harus di selesaikan oleh Bujang. Bukan hanya masalah dari luar ternyata ada konflik lain yang ternyata muncul dari dalam, dan mengancam Keluarga Tong ini.

Secara plot gue suka banget, walau alurnya maju mundur tapi temponya terjaga. Dari awal sampai menuju akhir temponya itu naik turun dari cepet ke lambat, dan karena ini selang seling dari nyeritain masa lalu kemudian masa saat ini jadinya membuat kita tuh jadi terus penasaran untuk baca kelanjutannya. Yang menarik bagi gue dari cerita buku ini adalah diambilnya tema penguasa shadow economy, konsep yang baru buat gue tapi gue yakin ini sesuatu yang emang ada di dunia nyata. Aksinya pun seru banget, bagian yang paling gue sukai adalah di pertarungan di Hong Kong dan momen ketika Bujang membunuh Ketua Keluarga Lin dengan shuriken yang disamarkan menjadi kartu nama. Twist di akhir cerita juga menarik karena gak disangka-sangka.

Disini konflik yang diceritakan pun bukan hanya mengenai konflik antar penguasa, penghianatan, tapi juga konflik emosional si Bujang ini sendiri yang baru mengetahui tentang keluarganya. Lewat cerita-cerita dari Kopong, Tauke Besar sendiri, dari Tuanku Imam. Bujang yang selama ini menyimpan kebencian mendalam kepada sang Bapak, tidak menyadari bahwa Bapaknya pun telah banyak merasakan penderitaan. Bahwa hidupnya dengan Midah tidaklah mudah. Sehingga membuat batin Bujang ini selalu bertanya-tanya.

Dari karakter menurut gue cukup solid, Bujang sebagai karakter disini mengalami perkembangan karakter yang sangat baik dari awal hingga akhir, sempat skeptis karena di awal terlihat ini Bujang kok seperti manusia sempurna, pintar, bisa cepat belajar dan memahami sesuatu, dan jago berkelahi, terlebih lagi ia tidak punya rasa takut. Kalo jago berkelahi mungkin memang sudah ada dalam darahnya, tapi pintar? Dari mana datangnya? Ya walau disini dikatakan datang dari Mamaknya, tapi ya memang gak terlihat aja bagi gue.

Namun dari kesan kesempurnaan ini, ternyata Bujang tetap punya kelemahan dan itu adalah ketika keluarganya tiada dan juga ketika penghianatan terjadi dan Keluarga Tong hampir di habisi. Disini terlihat Bujang masih seperti selayaknya seorang anak masih sebenarnya perduli dan terpukul mendapat kabar tersebut. Juga disaat pengkhianatan terjadi, rasa takutnya kembali. Gue pun suka karakter pendukung di cerita ini apalagi yang masuk kedalam tim terbaik versi Bujang, karena mereka-mereka ini adalah mereka yang pernah punya hubungan masa lalu dengan Keluarga Tong. Kiko dan Yuki yang merupakan cucu Guru Bushi dan White yang adalah anak dari Frans. Bahkan Salonga pun punya hubungan dengan Tauke Besar terdahulu.

Orang-orang terbaik yang setia kepadaku. Seperti yang pernah kubilang sebelumnya, di Keluarga Tong semua orang memiliki kelindan sejarah dengan masa lalu (hal. 116)

Yang menarik pastinya Tere Liye selalu memasukan unsur islami ke dalam buku-bukunya, termasuk di novel ini. Walau gue menemukan permintaan yang diberikan oleh Mamaknya Bujang itu tanggung, jangan minum / makan yang haram, kenapa gak sekalian aja minta Bujang berjanji juga untuk tidak membunuh? 😄

Pada akhirnya penyelesaian dari konflik ini adalah bukan hanya lewat kemenangan melalui pertempuran fisik melawan musuh, tapi disini juga dengan pertempuran hati, berdamai dengan diri sendiri.

“Ketahuilah Nak, hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapapun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran” (hal. 340)

“Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaan. Keraguan. Sekali kau menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja.” (hal. 387)

“Saat itu terjadi, kau telah pulang, Bujang. Pulang pada hakikat kehidupan. Pulang, memeluk erat semua kesedihan dan kegembiraan.” (hal. 388)

Itulah definisi Pulang bagi Bujang.