Ulasan buku The Maidens oleh Alex Michaelides

Alex Michaelides, penulis novel best seller dari buku The Silent Patient kembali lagi kali ini dengan buku keduanya berjudul The Maidens dengan elemen yang masih berkutat dengan karakter yang seorang psikoterapis dan lagi-lagi seperti buku pertama bermain dengan genre psychological thriller-nya. Well, in fact kedua buku ini sebenarnya masih berada dalam satu universe yang sama, lebih lanjut mengenai itu nanti.

Dengan cerita yang menurut gue terasa cukup gripping, suspensful dan enticing (dan rasa eerie di beberapa bagian), membuat kita dibuat selalu bertanya-tanya dan penasaran sebenarnya apa sih yang terjadi, cerita klasik whudunit dan sebuah twist yang tidak terduga-duga, much like The Silent Patient.

Tapi apakah The Maidens se-brilian buku The Silent Patient?

Plot Singkat


The Maidens bercerita mengenai Mariana Andros, seorang psikoterapis spesialiasai terapi grup yang diceritakan tengah berada dalam state of grief dikarenakan meninggalnya suaminya. Di tengah depresi dan sedih atas rasa kehilangannya ini, Mariana tetap harus menekan perasaannya ini demi menguatkan dirinya karena masih juga harus berhadapan dengan grup terapi yang ia bantu.

Sampai ketika sebuah telpon dari Cambridge datang caught her by surprise, mengabarkan adanya kabar pembunuhan dari keponakannya. Tapi bukan kabar pembunuhan itu saja yang membuat Mariana terkejut dan bertanya-tanya, tapi karena Zoe (nama keponakannya) terdengar menyembunyikan sesuatu.

Mariana lalu berangkat ke Cambridge untuk mencoba menenangkan keponakannya, Zoe, tapi berakhir dengan sebuah rasa penasaran dan obsesi ke dalam misteri pembunuhan yang terjadi ini yang lead to her suspicion ke satu-satunya suspek, seorang profesor studi Greek Tragedy yang karismatik, charming bernama Edward Fosca dan melibatkan grup studinya, sebuah “secret society” bernama The Maidens, di mana teman dari Zoe, Tara juga adalah bagian darinya. Tensipun bertambah karena korban lain mulai berjatuhan yang semuanya adalah anggota dari The Maidens itu sendiri.

Obsesi dan kecurigaan dari Mariana ini bukannya tidak beralasan pasalnya The Maidens ini layaknya sebuah kultus yang membuat si Professor layaknya menjadi dewa yang para “maiden” ini agung-agungkan, jadi anggapan bahwa pembunuhan ini terjadi karena sebuah “ritual” tidak lepas dari pikiran Mariana, karena sang professor juga menceritakan mengenai ritual Eleusis.

Di tambah memang dari beberapa fakta dari Zoe, semua mengerucutkan semua kejadian ini kepada sang Professor. Tapi sayangnya Edward Fosca ini aman, karena alibinya yang “sempurna”. Mariana dengan obsesinya akhirnya berubah dari mode psikoterapis menjadikan dirinya sebagai detektif, untuk menginvestigasinya, membuktikan bahwa Edward Fosca adalah sang pembunuh, di mana Mariana sampai bahkan membahayakan dirinya sendiri.

Ulasan


So, The Maidens bagi gue adalah cerita misteri yang cukup menyenangkan untuk dibaca. Dalam pembacaan gue, buku ini cukup meng-grip gue selalu lanjut membaca untuk tau apa yang terjadi. Dari awal cerita, Edward Fosca, sang professor studi Greek Tragedy ini sudah di sebutkan dalam buku ini bahwa dia adalah karakter yang paling sus, sehingga kita diajak untuk menebak-nebak kalo bukan dia siapakah itu, yang gue rasa berat untuk tidak mengamini itu.

Itulah menarik dan apiknya Alex Michaelides di buku ini, menghadirkan dan menuliskan karakter yang sulit sekali tertebak dari awal sampai akhir dan juga so unlikeable that makes you think, “This gonna be him, definitely him”. Juga suatu yang gue praise juga seperti halnya ketika membaca The Silent Patient, penulisannya si penulis ini bisa sangat bisa mengecoh sekali para pembaca untuk menerka-nerka jalan cerita.

Banyak sekali red herring, atau sebuah hint yang rupanya punya arti yang berbeda dari yang kita duga.

Prequel dari The Silent Patient


Ini nod yang gue rasa cukup mengagetkan dan menyenangkan buat kalian yang sudah membaca The Silent Patient, karena di sini kalian akan bertemu dengan karakter di buku ini yaitu Theo Faber dan Alicia Benson, di momen sebelum akhirnya kejadian di buku tersebut. Ini jadi menarik karena sepertinya ada continuation yang Alex Michaelides ingin perlihatkan di bukunya, menarik melihat apakah di buku selanjutnya akan seperti itu karena gue melihat it was hinted. Ini akan menjadi serial novel misteri psikoterapis gitu kali ya?

Unsur mitologi yunani dalam cerita


Alex Michaelides juga berhasil mengkawinkan unsur mitologi Yunani ke dalam cerita ini, bukan hanya satu dua saja, tapi hampir keseluruhan cerita punya referensi yang cukup kuat ke dalam literasi atau cerita mitologi Yunani.

Salah satunya yaitu judul The Maidens diambil dari salah satu dewi dari mitologi Yunani yaitu Persephone, yang dalam bahasa Yunani berarti “Kore” atau dalam bahasa Inggris disebut “The Maidens”. Cerita mengenai Demeter dan Persephone pun menjadi sentral dalam cerita dalam buku ini.

Kredit gambar: World History Encyclopedia

Bahkan cerita back story dari Mariana pun mengambil latar Yunani, dimana dia lahir dan dibesarkan di Yunani. Beberapa teka-teki pun juga menggunakan penggalan-penggalan yang berkaitan dengan cerita Yunani juga, contohnya Euripides. Bahkan di momen final pun sang pembunuh aslinya juga menyebutkan bahwa dirinya merasa dia adalah Clytemnestra atau Medea.

Jadi unsur-unsur Yunani untuk lumayan menarik buat gue untuk juga ditelusuri atau dibaca lebih lanjut.

Twist yang gak disangka-sangka yang sayangnya anti-klimaks.


Momen big reveal di cerita ini gue harus bilang sangat tidak gue sangka, dan baru akhirnya terungkap dan tertebak untuk gue sendiri benar-benar near the end. Yet, I feel the ending was… meh, unsatisfactory. Gue tidak merasakan bahwa motif dari sang pembunuh benar-benar make sense dalam cerita ini, atau gue merasa tidak punya koneksi yang kuat dengan ceritanya. Don’t get me wrong, it’s a briliant elaborative plan, tapi gue kemudian berpikir why bother for do such a plan hanya untuk tujuan itu?

Terlalu banyak akhir yang tidak terjelaskan


So, gue rasa ini yang menjadi hal yang gue sayangi dari buku ini adalah selain tadi dari twist yang menurut gue kurang memberi kepuasan, banyak sekali hal yang kurang dijelaskan bahkan sampai di akhir cerita. Dan gue merasa banyak sekali bagian dari cerita dan karakter that just confuse me more than appaling to me.

Ya ini memang agak kontradiksi di awal bahwa I praise cara Alex Michaelides ini bisa mengecoh tapi dalam waktu persamaan teknik yang sama sayangnya kurang dieksekusi dengan baik di The Maidens. Contohnya ada karakter yang muncul alih-alih menjadi misdirection malah mengaburkan cerita karena kita jadi bertanya-tanya. So, it leaves us with too many plot holes and loose end, and present us with more questions rather than an answers.



Bagaimanapun juga, The Maidens adalah novel misteri yang sangat menyenangkan, cukup page-turner juga karena satu bagian chapternya cukup pendek. Penggambaran latar kampus Cambridge juga sangat tergambar dengan baik sekali, berhubung Alex Michaelides ini memang pernah studi di sana.

Selain itu gue juga merasakan perasaan eerie at times in some parts saat membaca ini secara pribadi, karena beberapa penggambaran cerita yang cukup disturbing, I feel ketika ngomongin mengenai childhood trauma dari salah satu karakter di buku ini. Dan hati-hati karena karakter Edward Fosca ini berpotensi membuat kalian sungguh kesal.

Jadi kalo ditanya apakah The Maidens lebih baik dari The Silent Patient? Gue merasa The Silent Patient sedikit lebih brilian. The Maidens cocok sekali buat kalian yang Greek myth geek, dan senang dengan psycho-thriller yang bermain-main dengan trauma masa kecil.

Kalo harus menaruh bintang, gue akan memberi 🌟3.7/5.