Listen to this post:
I survive first round. Barely survive.
Gak terasa gue udah kerja dan menetap di Malaysia selama setahun (lebih tepatnya sebenarnya 11 bulan, karena di bulan Desember gue di "pulangkan"). Di tulisan kali ini gue ingin cerita gimana akhirnya gue sampai disini dan perasaan gue hidup selama setahun.
Jadi gue mendarat disini untuk pertama kalinya di tanggal 28 Oktober 2016, pengalaman pertama gue akhirnya keluar negeri. Seharusnya gue bisa berada di Malaysia sebelum itu, untuk kuliah, tapi karena satu dua masalah akhirnya gue memutuskan untuk stay di Indonesia. Untuk akhirnya sampai kesini, ada gabungan antara usaha, ridho dari yang maha kuasa dan mungkin sedikit keberuntungan sih.
Awalnya sebelum gue mendapatkan pekerjaan disini, sebenarnya gue udah kerja di salah satu perusahaan di daerah Kemang bahkan sebelum lulus kuliah. Tapi akhirnya setelah lulus gue mutusin untuk ingin ikut beberapa teman gue yg lanjut kerja di Malaysia, makanya gue akhirnya take risk dan meminta resign.
Masalahnya adalah disaat itu, gue sebenarnya belum diterima di perusahaan Malaysia manapun yang gue apply saat itu! Waktu one month notice setelah gue bilang resign, gue sibuk dengan apply ke job2 yg ada di Malaysia, hampir puluhan jumlahnya, gue sampai hampir desperate saat itu karena ga dapet-dapet. But surprisingly, alhamdulillah akhirnya salah satu perusahaan akhirnya menerima gue, and guess what? Itu terjadi tepat di hari terakhir gue kerja di tempat gue yg lama!
Gue inget banget hari itu, gue lagi otw berangkat ke Kemang, lagi berhenti di traffic light kp rambutan yang terik nya minta ampun, sambil cek hp dan liat email masuk yang pas gue buka adalah email diterima kerja. Bayangin, sehari sebelumnya, gue mikir kalo besok udah ga kerja.
Lantas apa gue langsung senang dengan kabar itu? not really. Orang tua gue awalnya ga setuju. Bahkan dari saat gue bilang resign, mereka ga ngizinin gue. Tapi akhirnya gue ngasih lihat mereka email offer itu, dan mereka gabisa berkutik untuk ngelarang lagi. Defeated.
Akhirnya setelahnya gue urus ini itu, translate, legalisir ijazah ke Kemenkumham, Kemenlu, ke Kedubes Malaysia dan segala macemnya hanya dalam waktu kurang lebih 2 minggu (ribet deh pokonya). Akhirnya gue take off di tanggal 28 oktober 2016.
And so the adventure begins.
Summary of a year period
First Month, First Impression
Sampai di KL, gue langsung di jemput personally oleh boss gue (FYI, dia lahir di Indo, tapi kewarganegaraan Aussie) dari bandara. Ini yang buat gue feels welcomed, bahkan dia ngomong sama gue pakai bahasa Indo. Hari pertama gue kerja pun, gue langsung ikut outing! What a good day to start new journey.
Bulan pertama gue berjalan dengan baik, kebanyakan waktu sebulan pertama adalah untuk gue adaptasi dengan lingkungan baru, kultur diverse di perusahaan gue, makanan-makanan di Kuala Lumpur, dan hal lainnya.
Dipulangkan
Ini mungkin hal yang ga akan bisa gue lupakan seumur hidup gue. Jadi karena gue saat itu status nya masih probabation, HR gue bilang gue harus keluar masuk Malaysia karena saat itu mereka akan provide visa setelah 3 bulan percobaan. It was a mistake.
Gue keluar dari Malaysia dan balik ke Indo di tanggal 26 November, dan balik lagi ke Malaysia 2 hari setelahnya. Tanpa proper work visa, gue yang gelagapan, alhasil, ditahan di imigrasi. Biar gue perjelas: ditahan di Penjara Bandara.
How would i describe it? That was a very traumatic, scary moment. Gue ditahan di satu ruangan tanpa ventilasi, dengan toilet yang… digabung tanpa penutup bersama puluhan orang lainnya yang juga di tahan. Ada yang dari Indonesia, Bangladesh, Arab, China dan beberapa bangsa lainnya.
Ketika gue disana, ngobrol dan tau beberapa sampai ditahan berhari-hari, gue merasakan takut dan khawatir. Bukan khawatir diri gue sendiri, tapi orang-orang lain yang gak tau kabar gue. Karena gue ga bisa ngehubungin siapa-siapa ketika disana.
Alhamdulillahnya, gue hanya ditahan selama 12 jam dan setelahnya gue langsung di pulangkan ke Jakarta, dan akhirnya ga bisa balik ke Malaysia lagi selama sebulan. Ini bakal jadi pengalaman trauma yang gapernah bisa gue lupakan sama sekali. (Trauma yang terjadi tiap gue ngelewatin imigrasi).
But, I know it was my mistake too (and my employer of course). I deserve it. I take that.
Belum pernah kemana-mana
Jujur dari sudut pandang travelling, gue belum banyak kemana-mana selama gue setahun disini. Destinasi yang udah gue datangi cuma Cameron Highland dan Pulau Perhentian. Bahkan Batu Caves, Berjaya Hills, Genting, Penang, Shah Alam dan destinasi lain yang mainstream dan orang biasanya udah kunjungi ketika disini itu belum pernah gue jejaki.
In fact, gue bahkan belum pernah ke Dataran Merdeka! Seriously. (Gue bahkan baru tau Dataran Merdeka itu dekat Masjid Jamek di waktu bulan puasa, padahal tiap hari gue jalan kaki lewat situ). haha
Selain faktor karena ngirit dan waktu weekend lebih milih di pakai buat istirahat, itu juga karena kebanyakan temen gue kebanyakan dari mereka udah ke mana-mana jadinya gue ga ada teman untuk explore.
About work
Mungkin tempat kerja gue saat ini, ga bisa menggambarkan betul gimana industri kerja di Malaysia. Karena notabennya tempat gue sebenernya it’s not really a Malaysian company. Gue overall senang kerja disini, karena kulturnya yang diverse gue bisa kenal berbagai macam orang dan budayanya dari negara yang berbeda-beda. Gue juga dapat kesempatan untuk belajar banyak disini, my boss, my peer, they all are supportive on my work. Stressfull sometimes, there was a moment ketika gue ngerasa pekerjaan gue berat, tapi bos gue tetep support dan bantu gue daripada discourage, but there are still fun part. Dan juga, gue merasakan ada kekeluargaan disini, itulah kenapa gue cukup betah disini.
Kalau masalah gaji, mungkin kelihatannya lebih besar dari Indonesia, tapi biaya hidup pun lebih tinggi, jadi sebenernya seimbang dan ga beda jauh. Masalah lain yang gue hadapin in terms of financial adalah Non-resident Tax. Jadi sekedar info juga untuk yang ingin kerja disini, bagi kita yang belum pernah tinggal di Malaysia selama minimal 182 hari, maka kita harus bayar pajak sebesar 28% dari gaji kita sampai kita menetap sebanyak hari tersebut. Inilah faktor yang buat gue unhappy. 😦
Tapi untuk masalah ini, denger-denger kita bisa dapet refund uang tax ini di tahun depan. Ya semoga aja deh ya. Info lebih lanjut bisa baca di situs LHDN
Daily life?
Gue personally pikir selama menjalani hidup disini, Malaysia way better than Indonesia. Public transport nya lebih baik, jalanan pun jarang banget sampe macetnya separah Indonesia. Cukup nyaman buat gue yang tiap hari pakai public transport kemana2. Even so gak mau naik public transport pun, Grab & Uber nya reliable bgt, dan no drama! Ga kaya di Indonesia yang regulasinya selalu di permasalahkan.
Orang-orangnya? Jujur disini orangnya bahkan lebih beragam. India, Indonesia, Bangladesh, China, dan negara lainnya. Tapi gue ga pernah lihat (atau mungkin gue gatau) ada issue toleransi disini. Personally gue ga pernah mengalami masalah diskriminasi dan lain-lain disini. Jadi bagi gue sejauh ini, ya fine fine aja.
Dari segi bahasa? gue ga banyak dapet kendala karena sebenernya bahasa disini hampir sama. Tapi jujur gue jarang banget pake bahasa melayu. Pertama karena di kantor gue full english, dan bahkan kalo gue ngomong sama orang melayu sebenernya gue cuma pake bahasa indo dengan logat di melayu-melayu in. haha
Did I feel happy?
40:60 mungkin. Gue lebih banyak sedihnya dari pada senangnya. Keputusan ninggalin Indonesia mungkin keputusun sembrono dan buru-buru dari gue. Jujur ketika itu, ada alasan lain yg buat gue ingin ‘kabur dari indonesia’ selain karena ingin ikut teman, tapi setelah disini justru perasaan itu malah menghantui gue.
Gue sebenernya beberapa kali merasa stressfull, feel depress, karena kebanyakan pikiran tentang masalah ini. Dan another factor juga. Mungkin ga pernah terlihat dari raut atau keseharian gue. Itu karena beruntungnya gue masih punya teman yang menutupi perasaan gue itu disini. Tanpa mereka mungkin gue jadi jauh lebih depress kali ya.
But overall, gue cukup senang hidup disini, masih banyak hal yang masih pengen gue explore. Explore negaranya, explore kulturnya, dan explore diri gue sendiri pastinya. Masalah cari jodoh disini? Gue tetep lebih suka cewek Indo. hehe
So with that said, I’ll stay here for another year.