Jadi kebetulan sekali gue sedang berada di Jakarta di minggu terakhir Januari ini (23 Januari - 2 Februari) demi menebus awal tahun yang gagal pulang gara-gara gak dibolehkan pulang sama imigrasi Malaysia. Beruntungnya ketika gue pulang ternyata pada Minggu, 26 Januari lagi ada acara Baca Bareng Jakarta bulanan yang diadakan di sebuah perpustakaan kecil bernama Bacadihalaman, tanpa pikir panjang gue yang penasaran akhirnya datang deh.
Buat yang gaktau jadi Baca Bareng ini adalah sebuah klub buku silent book club yang sebenernya terinspirasi dari klub buku di US, dan diinisiasi oleh Hestia (@hzboy1906). Gue mendengar konsep ini sekitar tahun lalu dari sebuah artikel, dan siapa yang sangka Hesti pun akhirnya tergerak juga dari artikel itu untuk memulai klub buku ini di Jakarta. Gue denger ini pun baru setelah mendengarkan salah satu episode di podcast favorit gue yaitu Podcast Kepo Buku (Kepo Buku #29: Silent Book Club ala Baca Bareng).
Kalian juga bisa lebih lanjut tentang Baca Bareng ini di tulisan blognya Hesti disini
Nah makanya karna gue penasaran dan pengen tau nih kaya gimana sih suasananya di kegiatan Baca Bareng ini. Jadi inilah impresi gue setelah mengikuti kegiatan tersebut.
1. Suasananya yang fokus, tentram & tenang banget.
Hal yang paling gue rasakan adalah karena semua orang di kegiatan ini tuh semua fokus sama bacaan mereka jadinya tenang banget dan sunyi banget jadi ketika baca tuh ngerasa ikut tenggelam dari kesunyian itu. Ditambah lagi pemilihan tempatnya yang kali ini kebetulan juga adem banget membuat suasananya makin tentram untuk fokus sama bacaan. Dan ini jadi bikin kita gak terdisktrasi sama hal-hal lain selain buku bacaan kita.
2. Terpacu untuk fokus terus sama bacaan.
Masalah yang gue biasa hadapi ketika baca tuh ya sering terdistraksi sama smartphone. Baca 5 menit terus liat hape. Nah disini karena berada di lingkungan di mana semua orang sangat suportif dan sangat fokus dengan bacaan mereka ini lah jadi memicu gue atau semua orang untuk terus fokus membaca. Buka hape dikit atau terdisktrasi dengan hal lain tuh kaya gengsi aja gitu. Tapi memang ternyata ya gak sekaku itu juga sih, karena beberapa dari temen-temen yang ikut pun sesekali masih ngecek hape juga, tapi setidaknya gak sesering biasanya.
3. Pastinya kesempatan buat menambah relasi atau teman diskusi buku
Ya mungkin bisa dibilang semua kegiatan klub buku atau komunitas buku pastilah punya benefit ini, kita akan bertemu orang-orang baru yang bisa menjadi relasi atau teman untuk diskusi buku bacaan kita. Eits, ini tapi setelah acara selesai ya karena ketika acara itu gak ada yg kenalan sih, jadi paling kesempatan networking itu sebelum dan setelah acara aja. Dan gue senang sekali ketika melihat like-minded people bisa menggebu-gebu berdiskusi ngomongin hal yang memang mereka sama-sama suka dalam kasus ini buku.
Gue sejujurnya juga senang sekali akhirnya bisa bertemu langsung dengan beberapa teman bookstagram yang cuma gue jumpai di timeline Instagram aja sebelumnya. Ada mas Wahyu (@awaywithbooks), Alya (@alyaalebooks), ada juga Reti (@not.reading.slump).
4. Kesempatan menemukan tempat baru untuk baca buku
Mungkin bagi gue kegiatan ini juga bisa memperkenalkan para teman-teman pencinta buku dengan tempat-tempat baru yang bisa jadi alternatif untuk tempat kalian baca buku. Karena gue lihat sendiri ada beberapa orang pun baru mengetahui tempat yang kemarin jadi venue Baca Bareng di bulan ini juga, bisa jadi kalo tempat selanjutnya juga menarik juga ngasih exposure juga buat si tempatnya ini kan.
Jadi either itu bisa cafe, perpustakaan atau tempat dalam bentuk lainnya, seengaknya ini bisa juga jadi sarana untuk rekomendasi tempat enak untuk dijadikan tempat baca favorit kalian next time!
Begitulah pengalaman pertama gue, mungkin dari konsepnya banyak yang nggak mengerti kenapa harus ada silent book club segala sih, kenapa gak baca aja sendiri di rumah gitu. Wah jujur aja ya, gue pribadi justru ketika di rumah malah banyak gak fokus karena terdistraksi banyak hal yang menghambat gue untuk baca, kalo udah di rumah udah deh jadi kaum rebahan. Mungkin itu gue secara personal ya, tapi ketika gue baca di toko buku indie atau ke kedai kopi itu justru gue lebih nyaman untuk membaca.
Oh ada lagi alternatif, kalo kalian mau menemukan kedamaian dan ketentraman ketika membaca, ya datanglah ke perpustakaan beneran.
Too bad gue gak sempat ngobrol sama Hesti lebih lanjut mengenai klub buku inisiatifnya ini karena dia terlihat buru-buru kemarin, but that’s fine mungkin bisa ngobrol at the other time sih. Gue berharap bisa ikut lagi di Baca Bareng selanjutnya kalo gue lagi di Indonesia.