Review Buku Rentang Kisah oleh Gita Savitri Devi (Gitasav)

Rentang Kisah ini adalah buku debut pertama dari Gita Savitri Devi atau yang lebih di kenal dengan aliasnya di social media dengan nama: @gitasav. Di buku perdananya ini, konten yang ia tuliskan disini adalah kisah perjalanan pribadinya dari dan sampai ke Jerman. Kisah bagaimana proses perjalanan ini bisa mengubahnya.

Rentang Kisah oleh Gitasav
Rentang Kisah oleh Gita Savitri Devi

Ketika gue tau kabar bahwa Gita akan launch buku ini dari instagramnya, gue sudah mulai ancang-ancang untuk langsung beli. Bahkan ketika ada kabar dia balik ke Indonesia dan ngadain meet & greet, gue pengen banget dateng. Sayangnya gue lagi ga di Indonesia saat itu, gue masih di Malaysia. Gue akhirnya baru kesempatan untuk beli bukunya di pertengahan bulan Oktober, mumpung sedang pulang, gue menyempatkan diri untuk beli buku ini di Paperclip, Summarecon Bekasi seharga sekitar 60rb-an.

Sebelum gue bahas ke isi bukunya, mari kita kenalan dulu sama penulisnya. Siapa sih Gita Savitri Devi? Inilah versi gue gimana mengenal sosok si Gita ini coy (kata wajib Gita di tiap videonya).

Gue yakin semua generasi milennial saat ini pasti tau lah tentang dia. Atau setidaknya sekedar tau. Dia adalah orang Indonesia yang kuliah S1 di Jerman (was, dia sudah menyelesaikannya di tahun 2017 ini), dan selama menjalani masa di Jerman itu, dia mulai mengekspresikan diri dia lewat video-videonya di YouTube. Banyak video yang dia buat, dari tutorial make up/hijab, vlog jalan-jalan atau cerita di Jerman, beropini tentang keresahan atau masalah yang sedang happening, dan ada juga video cover lagu. Dan gue yakin semua setuju kalo gue bilang video opini adalah salah satu yang paling menarik. (Walau, konten lainpun semuanya menarik).

Long story short, she became one of so called influencer or internet celeb in social media, gue sebenarnya gatau mulai sejak kapan, darimana dan bagaimana Gita menjadi viral awalnya. Gue pribadi awal tau sosok Gita adalah waktu itu lagi cari-cari info kuliah di Jerman sekitar setahun lalu, and suddenly found her in search result. Dari situ akhirnya gue mulai tertarik dengan kontennya dia, karena cara pemikirannya dan pembawaannya yang gak terlalu sok ngartis, I mean she is doing it for good purpose I believe. Especially konten dia tentang beropini (dan selain itu juga karena suaranya yang bagus pas cover lagu & karena dia cantik).

Oke langsung aja ke review bukunya.

Dimulai dari fisik bukunya dulu, buku ini diterbitkan oleh Gagasmedia, dengan jumlah halaman sekitar 207 lembar. Jujur gue kurang suka dengan covernya, karena ketika Gita mengadakan vote untuk itu gue lebih milih desain lain, tapi siapalah gue? Memang selera gue mungkin berbeda. Walau terlihat halamannya banyak, sebenernya ceritanya ga sebanyak itu, pertama selain karena font sizenya dan line heightnya, itu juga karena di pembatas cerita, Gita menampilkan beberapa foto-foto yang diambil ketika dia di Jerman, dan tiap pembatas cerita pun diberi desain yang menarik. (And I do like it).

Desain Pembatas Buku Rentang Kisah
Desain Pembatas Buku Rentang Kisah
Foto di Pembatas Buku Rentang Kisah
Foto di Pembatas Buku Rentang Kisah

Lanjut ke isi konten, disini gue menangkap bahwa ada 4 bagian utama di bukunya ini yaitu mengenai keluarga dan pribadinya sebelum masa di Jerman, mengenai keputusan kuliah di Jerman cerita kehidupannya di sana dan kesulitan-kesulitannya, mengenai bagaimana islam menjadi pedoman dalam perubahan dirinya juga pemikiran-pemikirannya, dan yang terakhir adalah mengenai society yang ia tuliskan dari beberapa tulisan dari blognya.

Bagian pertama: mengenai keluarga dan pribadinya sebelum masa di Jerman

Di bagian pertama ini, Gita mulai dengan bagaimana ia melihat sosok Ibu sebagai momok yang awalnya menjadi musuh dalam hidupnya. Namun akhirnya Gita tersadar bahwa sosok ibu inilah yang akhirnya menjadi sosok penting dalam hidupnya, sosok yang paling dihormati. Terlihat juga disini bagaimana Mamahnya Gita (cielah Mamah), mendidiknya dengan baik dan tidak dengan memberikan kemanjaan berlebih, terlihat pula bahwa Mamahnya Gita ini seorang pribadi yang mandiri dan tangguh dalam mendidik anaknya, terlihat dari bagaimana ia tidak ingin menggunakan jasa orang lain/pembantu bahkan untuk masalah antar jemput anaknya.

Di bagian ini pula gue tidak menyangka bahwa sosok Gita yang kita lihat saat ini adalah sosok yang awalnya ga begitu peduli tentang pendidikan dan masa depannya. Dia tuliskan disini bahwa, masa sekolah SMA-nya dulu kebanyakan digunakan untuk main-main. Permasalahan “ikut orang tua” yang Gita alami juga ia tuliskan di bagian ini, dimana ketika di saat dia sudah mulai punya passion dan tujuan yang ia sukai yaitu seni, dan sudah selangkah lagi masuk ke universitas yang ia sukai, orang tuanya menawarkan untuk kuliah di Jerman. (Tapi ya siapasih yang gamau ditawarin kuliah di luar negeri? haha).

Gita yang kalah dengan orang tuanya ini, akhirnya mau tak mau memilih Jerman sebagai pilihan. Tapi di balik pilihannya ini, ada perasaan kecewa, marah, yang dia rasakan. Karena semua rencana yang ia sudah susun harus berubah 360 derajat. Tapi pesan penting Gita disini, daripada harus marah-marah, kecewa, Gita memilih untuk mencoba ikhlas.

“Untuk kali pertama aku belajar caranya ikhlas dan berprasangka baik atas jalan yang Allah kasih. Mungkin ini cara Dia mendewasakan aku. (hal. 49)”.

Bagian kedua: mengenai keputusan kuliah di Jerman cerita kehidupannya disana dan kesulitan-kesulitannya

Walau sebenarnya kuliah di Jerman merupakan highlight dari hidup Gita, bagian ini sebenarnya ga terlalu banyak tertulis, walau sebenernya hampir kebanyakan cerita berlatar di Jerman hanya satu, dua bab yang eksplisit membahas tentang ini.

Mungkin bagi kita melihat betapa enaknya kuliah di luar negeri, kita lihat sosok Gita sebagai orang yang wah sepertinya sangat pintar bisa kuliah disana. Justru di bagian ini lah, Gita memperlihatkan bagaimana kesulitan-kesulitan dan kerja kerasnya. Gita yang dulu ga terlalu serius untuk belajar akhirnya harus mengubahnya, gimana nggak, karena taruhannya kalo gagal adalah DO dan langsung dipulangkan ke Indonesia.

Disini kita bisa lihat gimana Gita berusaha super keras untuk fokus belajar, bahkan sampai meminta tolong dari temannya yang lain. Tapi dari usahanya inilah akhirnya membuahkan hasil, diterima kuliah di salah satu universitas Jerman. “Buah yang manis nggak akan bisa didapat tanpa usaha yang maksimal. (hal. 68)”.

Bagian ketiga: mengenai bagaimana islam menjadi pedoman dalam perubahan dirinya juga pemikiran-pemikirannya
Buku Rentang Kisah oleh Gitasav
Mengenai islam, Rentang Kisah oleh Gitasav

Di buku ini, gue melihat inilah bagian yang menjadi poin penting di buku ini dan rentang kisahnya seorang Gita, dengan porsi terbanyak di buku ini. Dimulai dari sebuah titik balik yang dimulai setelah Gita mengalami patah hati, sampai akhirnya memiliki hubungan dengan Paul selama 3 tahun yang saat itu notabennya berbeda agama. Justru dari situlah akhirnya Gita mulai mendalami lagi agamanya sendiri, memasukan ruh islam ke semua aspek kehidupannya, mulai dari mempertanyakan eksistensi dan tujuan hidupnya, bahkan sampai urusan asmaranya.

Tentang Paul, Rentang Kisah oleh Gitasav
Tentang Paul, Rentang Kisah oleh Gitasav

Part ketika Paul akhirnya convert mungkin menjadi salah satu bagian favorit di buku ini. Dan bagian lainnya adalah ketika akhirnya Gita memutuskan mulai berhijab, memantapkan keimanannya untuk menutup aurat.

“Kalau aku dulu merasa sebelum menghijabkan kepala, harus menghijabkan hati terlebih dahulu, ngebenerin kelakuan terlebih dahulu, sekarang aku mengerti hijab adalah kewajiban. Mau kita udah benar atau belum, menutup aurat itu wajib hukumnya. (hal. 129)”.

Bagian keempat: mengenai society

Sebenarnya di bagian ini ga berkaitan dengan kisah hidupnya Gita, tapi ini lebih ke sebuah bentuk opini dan kalo gue lihat sebuah keresahan dari seorang Gita. I’m totally agree on all them, especially Generasi Tutorial dan Life Is Not A Race.


My notes on this book

Untuk masalah cerita, it’s so relatable ke beberapa kehidupan gue (I think even to many of us). Hampir kebanyakan cerita dan struggle yang dialami Gita juga gue alami. Bedanya adalah Gita handle it well, learnt from it well, sedangkan gue nggak sebaik dia hahaha. Beberapa kali gue merasa tersentil ketika baca, bukan tersentil lagi, tapi tertampar. plak!

Konten cerita di buku ini sebenernya tidak ada yang terlalu luar biasa, semua sederhana, itu lah yang membuat mudah dibaca dan dicerna bagi kita pembaca. Menurut gue cerita mengenai strugglenya di Jerman cukup menarik. Disini Gita memperlihatkan kita bahwa itu nggak semudah yang terlihat oleh kita, gimana usahanya, prosesnya yang ia sudah alami itu banyak banget. Dari mulai awal sebelum berangkat sampai akhirnya lulus kuliah. Kisah asmaranya dengan Paul juga sesuatu yang buat gue merinding saat membacanya, ini juga bagian favorit gue. Karena cerita ini bukan cuma masalah dua hati, tapi juga masalah dua agama.

Hal lain yang membuat gue juga terinspirasi dari buku ini, yaitu di bagian bagaimana Gita membawa islam di kehidupannya, menjadikan islam sebagai pedomannya dalam proses mengubah dirinya dan orang lain. Dan semua disampaikan dengan sederhana, tanpa menggurui, bahwa ia pun sama sebagai hamba Allah pernah berada di titik iman yang rendah, bagaimana ia pun mempunyai banyak pertanyaan tentang eksistensinya dan purpose of life dia. Bagaimana dia pun masih tetap perlu belajar mengenai dirinya dan agamanya. Sebuah hal yang juga selalu gue tanyakan ke diri gue.

Lastly, menurut gue buku ini cocok banget dibaca untuk remaja atau kids jaman now yang mulai kehilangan arah dan jati diri, cielah. Terutama juga adalah buat cewek-cewek, beberapa kisah Gita ini cocok dijadikan inspirasi untuk akhirnya mulai berhijrah, karena banyak juga pesan-pesan yang bisa kita ambil dari kisahnya.

Tapi seperti yang Gita bilang di bagian Nasihat untuk Gita, buku ini bukan mengenai kisah sukses, cerita tentang orang yang sudah sukses, menjadi terkenal dan kaya raya. Buku ini bercerita bagaimana berdamai dengan devil dalam diri kita, musuh terbesar kita sendiri. Tentang sebuah proses mengubah diri, mendewasakan diri, meningkatkan keimanan.

Hidup itu ga selalu mudah dan, we can’t always get what we want, what we have planned. But when it happens, you can’t deny it. Kita harus bisa mengikhlaskannya, terus berusaha dan berikhtiar, dan bersyukur dengan semua itu.


Whatever that may come, you and I just need to do well, be nice to ourselves, to people around us. Because we are given only one once. We only life once.
The key to live a happy life is to always be grateful and don’t forget the magic word: ikhlas, ikhlas, ikhlas


Terima kasih Gita untuk bukunya, dan kisahnya yang menginspirasi banyak orang.