Review Buku Novel Pergi oleh Tere Liye. (Sequel Novel Pulang)

Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, ke mana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan ke mana langkah kaki akan dibawa. Pergi


_tonton versi youtubenya:_

Akhirnya selesai baca buku lanjutan atau sequel dari buku Pulang, atau buku seri Si Babi Hutan. Kembali masih bercerita tentang karakter utama dari buku pertama yaitu Bujang, masih seputar organisasi penguasa shadow economy, mengenai keluarga bujang. Tapi selain konflik tersebut, Bujang dihadapkan juga dengan konflik baru, apa itu konfliknya?

Masih sama dengan buku sebelumnya, alur yang digunakan di buku ini masih juga maju mundur, tapi yang berbeda disini penuturan ceritanya adalah lewat bentuk surat, sebuah surat yang datangnya dari seseorang karakter baru yang muncul di buku ini, seorang yang tidak di duga-duga oleh si Bujang.

Terhitung (buat gue) ada 3 konflik besar yang ada di buku ini. Meneruskan apa yang terjadi di buku pertama, Bujang kini telah menjadi pemimpin Keluarga Tong yang baru, menggantikan Tauke Besar sebelumnya. Inilah konflik pertama di buku ini, muncul banyak keraguan dan keresahan Bujang, mau dibawa kemana keluarga ini di bawah kepemimpinannya? Ini karena Bujang ingin mengubah apa yang sudah secara turun temurun telah di lakukan oleh Keluarga Tong, yang menurutnya bisa diubah menuju sesuatu yang lebih baik. Ditambah karena ada Tuanku Imam disini yang juga menjadi penasihat spiritual untuk Bujang.

Nah ditengah keresahan di dalam batin Bujang itu, ia juga harus dihadapkan kepada hal yang lebih besar lagi, yang juga menyangkut Keluarga Tong, yaitu adanya perseturuan dengan penguasa shadow economy lain yaitu si Master Dragon atau si pemimpin dari seluruh penguasa shadow economy lain di negara atau benua lain. Maka Bujang juga ingin mengubah sistem ini.

Nah konflik terakhir adalah masih mengenai keluarga si Bujang. Masih mengenai Samad, sang ayah. Karena ternyata di tengah Bujang menghadapi permasalahan antar penguasa dia bertemu dengan saudara jauhnya.

Ya, Bujang ternyata punya kakak. Dan Samad, ternyata pernah menikah sebelumnya.

Ya kita akan berkenalan dengan sosok baru, bernama Diego. Pertemuan pertamanya dimulai sejak di bab awal, ia datang dengan bernyanyi sebuah lagu spanyol dengan gitarnya dan menyebut Bujang dengan sebutan ‘hermanito’ atau saudara laki-laki. Disini muncul pertanyaan besar, siapa sosok itu?

Jadilah sepanjang cerita, Bujang mencari tahu siapa sosok itu, dan menemukan sisi lain ayahnya, Samad yang ia tidak pernah tahu. Samad ternyata pernah menikah sebelum menikahi Midah. Adalah seorang gadis, seorang penyanyi berkebangsaan meksiko, yang ia temui ketika di Singapore. Sampai akhirnya mereka saling jatuh cinta dan kemudian Samad meninggalkannya.

Cerita mengenai kisah Samad dengan gadis ini, menurut gue unik, serta berbanding terbalik dengan ceritanya dengan Midah yang dipenuhi akan pilu. Disini justru Samad benar-benar flamboyan, bad boy dan sangat romantis. Ini masa jaya-jayanya Samad, sebelum kakinya lumpuh. Semua diceritakan lewat surat yang ternyata dikirimkan oleh sosok yang Bujang temui itu.

Ditengah mencari tahu segala hal tentang itu, Bujang juga harus menghadapi Master Dragon yang tengah mengancam Keluarga Tong. Master Dragon ini ternyata punya rencana licik. Ini sesuatu yang terbilang baru, karena selama ini antar penguasa shadow economy itu damai, tanpa saling senggol.

Disini kita jadi tau bahwa ada penguasa-penguasa shadow economy lainnya selain Keluarga Tong, Keluarga Lin & Keluarga Wong yang kita temui di buku pertama dan pastinya Master Dragon. Ternyata ada beberapa penguasa lainnya yaitu dari Jepang, Rusia, Miami, Meksiko.

Akhirnya Bujang yang tahu, tidak bisa mengalahkannya, mencoba bersekutu dengan beberapa penguasa lainnya. Di tengah perekrutan dan negosiasi pembentukan sekutu ini ada yang unik karena disini ada salah satu intrik romansa yang buat gue unik dan lucu antara Bujang dan Maria, yaitu anak dari seorang penguasa shadow economy dari Rusia. Salonga jadi kompor banget disini karena meledek si Bujang 😄

Secara keseluruhan buku ini lebih seru pastinya dari buku pertama, tetap pasti membuat pembaca terus ke hook mau baca cerita karena cukup intens baik dari konfliknya maupun aksinya. Disini juga karena cakupan ceritanya lebih luas lagi, kalo sebelumnya cuma sekitar Asia, disini kita dibawa sampai ke Meksiko.

Selain itu aksinya juga lebih banyak, seru, dan buat gue ada yang cukup ekstrem/sadis sih. Ini sepertinya ga cocok buat yang belum cukup umur sih.

Buat gue setidaknya dua kekurangan ini yang gue temukan:

  1. Pertama salah logika penggunaan kata spanyol yang menurut gue agak berlebihan. Masa ngomong sesama orang Indonesia, sama orang yang dari Jepang pake bahasa spanyol juga? Pronto!
  2. Kedua, gue menemukan kesalahan entah ini penulisan atau salah cetak di halaman 116 adegan dimana Bujang menaiki mobil dengan salah seorang karakter, tapi di dialog yang tertulis disana adalah karakter lain yang berada di mobil yang berbeda, kalian bisa cek.

Oh ya, di buku ini sendiri tuh ada cameo karakter dari buku Tere Liye lain yaitu Negeri Para Bedebah, dimana gue belum baca dan membuat gue pengen baca. Di bagian penutup buku ini sendiri ternyata ada semacam indikasi bahwa Tere Liye belum selesai dengan serial ini, karena terasa agak menggantung. Menurut kalian, kira-kira kalo ada lanjutannya judulnya bakal jadi apa ya?